Selasa, 28 Oktober 2008

Vaksin Sebagai Pencegah Kanker Serviks


Baru-baru ini ramai dibicarakan dikalangan praktisi medis tentang suatu vaksin yang dapat mencegah terjadinya kanker serviks (kanker leher rahim). Sungguh suatu terobosan dan sangat membantu meningkatkan kualitas hidup wanita. satu hal yang mengkhawatirkan kaum hawa saat ini telah berhasil "tereliminasi"....

Serviks (leher rahim) merupakan organ bagian reproduksi wanita, letaknya hanya beberapa (rata-rata 10-12 cm) sentimeter dari mulut vagina. organ ini merupakan bagian dari rahim (uterus).

Di Dunia, setiap 1 menit terdapat 1 kasus baru orang terjangkit kanker serviks (Ca.Cx), dan setiap 2 menit 1 orang meninggal karena Ca.Cx. Di Indonesia bagaimana? Setiap hari ada 41 kasus baru dan setiap hari ada 20 orang meninggal karena Ca.Cx.(Globocan 2002). saat ini, memang Ca.Cx menjadi juara pertama pembunuh wanita di Indonesia.

kalau melihat data di atas, pantaslah kalau kaum hawa kwatir dengan keadaan dirinya, "jangan-jangan gw bisa terkena juga". penyakit ini tergolong penyakit yang "silent disease" artinya, kalau udah sampe timbul gejala (perdarahan saat hubungan badan, keputihan yang berbau khas, nyeri sendi panggul dll) biasanya kankernya sudah terjadi, tinggal berharap masih ditaraf stadium dini aja (bagusnya sih jangan sampe kanker). tanda-tanda ini sama sebagian besar wanita masih dianggap hal yang "biasa" karena mungkin dia biasa mengalami keputihan, biasa ada nyeri-nyeri sendi panggul (dikira nyeri karena kelamaan duduk). yang lebih hebatnya lagi ini penyakit pada sebagian besar wanita tidak menujukkan gejala apa-apa, tau-tau sudah mengalami perdarahan lewat vagina, setelah di cek.... Kanker!!

Penyakit ini suka banget sama wanita usia produktif (33-55 th). Penyebabnya lagi-lagi virus. Virus ini kita kenal dengan nama HPV (Human Papilloma Virus), virus suka banget menginfeksi pasangan yang melakukan hubungan seks dengan "tidak aman", WHO berpendapat : lebih dari 75% wanita yang pernah berhubungan intim terinfeksi HPV, nah lo... kembali lagi kepada tabiat kita, habbit kita dalam melakukan "hubungan" , andai saja perilaku seksualnya tidak aneh-aneh, pastilah aman-aman aja, terlebih kita rajin memeriksakan kondisi kita (pap-smear berkala, skrining sebelum pernikahan).

Ternyata eh ternyata, si pria juga berisiko menularkan dan menderita infeksi HPV ini, cuma jadinya bukan Kanker, tapi penyakit kelamin yang gak ngenakin juga.. selain hubungan seks, penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung, seperti memakai celana dalam orang yg terinfeksi HPV, penularan dari ibu ke janin melalui kehamilan.

nah, ada jurus jitu untuk mencegah terjadinya Ca.Cx tersebut, yaitu dengan edukasi (seperti saya ini yang lagi berbagi ilmu), penggunaan kondom dan yang paling menggembirakan adanya VAKSINASI. saat ini, vaksin tersebut sudah tersedia dan beredar cukup banyak, ada dua macam yang beredar, yaitu Cervarix dan Gardasil, keduanya bertujuan mencegah terjadinya Ca.Cx, target usia yang bisa divaksinasi adalah usia 10 tahun hingga 45 tahun. soal harga, vaksin ini rata-rata dilego seharga 1,3 jt hingga 2jt dipasaran, ini belum termasuk jasa penyuntiknya (sayang belum ada subsidi pemerintah,hehehe).. Namun, jika dibandingkan dengan nilai yang harus kita keluarkan bila terkena penyakit ini?? tetap mencegah masih lebih murah ketimbang mengobati....

Senin, 27 Oktober 2008

Pernikahan dini dengan Syekh


Terlepas dari apa tujuan dan pertimbangan seorang pria (dah hampir lansia pula, dan udah punya istri juga) untuk menikahi seorang wanita (anak umur 12 tahun), di sini saya cuma mau berbagi aja, andai ada di antara anda yang akan mengalami kejadian yang mirip-mirip.. Boleh dikatakan pernikahan tersebut bagi anak usia 12-an tahun adalah "pernikahan dini".  Siapkah organ reproduksinya? apa aja yang bisa terjadi di masa datang terhadap perkembangan organ reproduksinya? belum lagi, ikhlas kah dia? siapkah mentalnya? aaahhh.. kalo soal ikhlas apa nggak, kita serahkan saja sama yang menjalaninya..

bagaimana bila ditinjau dari sisi medis? pernikahan usia muda bisa saja mencetuskan terjadinya kanker leher rahim (kanker serviks), mempercepat timbulnya kista rahim, kista ovarium (indung telur).. dari contoh kasus yang pernah ditangani, saya pernah mendapatkan data di RS tempat saya bekerja, ada pasien usia 14 tahun telah melahirkan seorang anak tanpa ayah, bayangkan, berarti dia "bekerja membuat anak "1 tahun sebelumnya, saat usia 13 tahun. saat ini pasien 13 th tersebut telah berusia 28 tahun dengan mengidap kanker serviks.

kenapa bisa timbul kanker serviks? pasti begitu kan pertanyaan nya? singkatnya sih, ada kerusakan yang ditimbulkan pada leher rahim yang bisa saja disebabkan pada saat dia berhubungan badan dengan lawan jenisnya, kerusakan itu "ditunggangi" oleh virus, zat lainnya yang mencetuskan terjadinya kanker. hal ini bisa juga terjadi pada wanita dewasa, apalagi pada anak usia 12-an tahun yang notabene perkembangan alat reproduksinya belum "matang" benar.

saat ini, pola penyakit sudah mengikuti tren hidup manusia. dulu era komputerisasi baru tersentuh pada usia dewasa, dulu penyakit kanker biasanya terjangkit pada usia lanjut, sekarang tren nya sudah berubah, anak kecil dengan leluasa mengakses internet, penyakit pun dengan leluasa "menghampiri" kita di usia yang makin dini... Sekarang haid sudah bisa terdapat pada anak kelas 5 SD, lantas apa yang menyebabkan hal tersebut? apa dampaknya?

"junk food" bahan pengawet pada berbagai makanan, polusi udara, stress pikiran dll diduga sebagai penyebabnya.. Pernikahan Dini bagaimana? 

itulah, sedikit saja bahan pertimbangan yang bisa saya bagi untuk anda semua, namun dari yang sedikit contoh tadi saja, dampaknya sudah sangat luar biasa.. Kanker serviks, Kista, infeksi, belum lagi masalah psikologis dan sosial yang akan timbul..

oke, semua kembali kepada yang akan menjalaninya, mungkin ada juga pendapat lain yang dijadikan pegangan untuk seseorang untuk melakukan niatannya..

Jumat, 24 Oktober 2008

Salah siapa nih?

Sungguh suatu keadaan yang sangat memprihatinkan di masa era globalisasi sekarang ini, banyak sekali kita membaca di media massa/elektronik berita-berita yang mencengangkan seperti belum lama ini ada murid kelas 2 SMP yang patah tulang karena dianiaya oleh kakak kelasnya, pemalakan oleh senior, street fighter di lingkungan sekolah dll. Kekerasan seperti ini hanya merupakan sebagian kecil dari permasalahan yang sebenarnya ada, ibarat hanya seperti puncak gunung es yang muncul ke permukaan. 

 Disisi lain tidak dapat lagi dihindari bahwa banyak sekali ibu-ibu yang bekerja diluar rumah membantu suami untuk mencukupi kebutuhan rumah tangga yang semakin tinggi maupun untuk aktualisasi diri. Hal ini tentunya mempunyai dampak terhadap peran ibu tersebut baik sebagai ibu rumah tangga maupun sebagai wanita bekerja, banyak peran sebagai ibu digantikan oleh para baby sitter maupun pembantu rumah tangga. Problem pun mulai timbul, bukannya kita tidak boleh mengejar karir dan uang tapi apakah kita bisa membagi waktu antara bekerja dengan keluarga secara seimbang.

 Pada kenyataannya banyak anak-anak yang merasa kekurangan waktu untuk berkomunikasi maupun mendapatkan perhatian dari ibu dan ayahnya. Saat anak ingin curhat, ibu maupun ayah belum pulang atau sudah merasa lelah untuk mendengarkan problem anaknya, sehingga tidak heran bila mereka akan mencari perhatian atau jawaban tersebut diluar rumah. Syukur bila mereka mendapatkan teman yang baik, bila tidak tentu mereka dapat terjerumus ke dalam pergaulan yang tidak baik entah itu narkoba, tawuran maupun pergaulan bebas.

 Belum lagi problem ditempat kerja yang juga sering membuat para ibu bekerja ini stress, entah terhadap atasan/bawahan maupun sesama rekan kerja, overload ataupun deadline pekerjaan sering sekali membuat uring-uringan dan biasanya yang menjadi tempat pelampiasan adalah anak maupun keluarganya. Kebanyakan dari kita sebagai orang tua tidak bisa menerima keadaan ini dan cenderung selalu mencari-cari kesalahan dari pihak luar, entah itu dari lingkungan sekitar, sekolah, pekerjaan dan lainnya, kita tidak pernah mau merenung apa sebenarnya yang sudah kita berikan untuk anak-anak dan keluarga tercinta ini ?

 Di zaman teknologi informasi yang sudah sangat terbuka, situs-situs internet mengenai seks sangat mudah dibuka oleh siapa saja termasuk anak-anak remaja kita yang sudah tidak dapat lagi di bendung, sementara pemahaman mereka mengenai hal ini tidak mereka dapatkan secara benar dari kedua orang tuanya sehingga hal ini tidak mereka dapatkan secara benar dari kedua orang tuanya sehingga hal ini juga dapat berakibat buruk bagi mereka. 

 Faktor berubahnya gaya hidup yang semakin berubah itulah yang menyebabkan semakin tingginya tingkat pergaulan bebas di Indoensia. Hal tersebut pada akhirnya memudahkan menularnya penyakit-penyakit melalui hubungan seksual. Salah satu diantaranya adalah kutil kelamin dan kanker leher serviks. Sehingga pada akhirnya meningkatkan insidensi kanker leher rahim dan kutil kelamin di Indonesia. 

 Semakin tingginya insidensi mencuatkan nama kanker leher rahim sebagai pembunuh perempuan Indonesia nomor satu tertinggi saat ini. Di indonesia diperkiraan terjadi lebih dari 15.000 kasus kanker leher rahim dengan hampir 8000 kematian setiap tahunnya dan setiap harinya diperkirakan ada sekitar 41 kasus baru dan 20 kematian.

Bolehkah kita berharap?


Alhamdulillah..

adik ku, dua hari lalu telah melahirkan bayi cantik dengan cara SC (sectio cesaria) ato orang biasa bilang sesar, di RS di bilangan Jakarta selatan.. Operasi dimulai jam 6 pagi, dengan di pimpin oleh Dr.Achmad Mediana,SpOG dan di asistensi oleh Dr.Agung Witjaksono,SpOG dan saya sendiri menyaksikan jalannya operasi yang berjalan lancar. selepas operasi, saya dan tim dokter bertatap muka dengan keluarga, terpancar kebahagiaan dan harapan bahwa bayi yang dilahirkan dan ibunya dalam keadaan selamat dan sehat. 

3 bulan sebelumnya, saya menemani adik saya kontrol kehamilan ke dr.Achmad. seperti biasa, adik saya sudah mendapatkan nomer antrian pertama karena memang saya bekerja di RS sana juga. Dr Achmad pasiennya selalu dibatasi maksimal 20 orang tiap shift nya, tujuannya biar dia bisa menangani pasien dengan prima dan selalu memberikan kesempatan kepada si pasien untuk bertanya sepuasnya.. saya cocok dan kagum dengan caranya ber-praktek, ditengah era para dokter dan rumah sakit yang meramaikan "dunia persilatan" dengan ilmu makin banyak pasien, makin banyak duit.

didalam ruang praktek, saat itu, pada hari itu, ada kejadian yang membuat saya sebagai seorang dokter pun sedikit ragu dengan ilmu yang saya punya. Janin adik saya terlihat dengan USG-4dimensinya, hanya memiliki satu arteri umbilikal (pembuluh darah tali pusat) yang seharusnya dua arteri. tentunya hal ini bisa berpengaruh terhadap jantung si janin, tapi yang lebih mengkhawatirkan adalah sebabnya. Kelainan kromosom si janin adalah sebagai sebabnya, kelainan kromosom menyebabkan anak hidup dengan cacat dsb (astaghfirullah..) 

dengan kayakinan pada kekuasaan tuhan, dr.Achmad berujar, "saya cuma manusia, yang diberi keahlian untuk mengetahui hal seperti ini dari dalam kandungan sebelum anaknya lahir, sekarang sebagai manusia pula, saya akan amankan, seaman-amannya apa yang janin ini butuhkan, mulai dari suplai oksigen yang baik, nutrisi, serta yang paling penting psikis si Ibu" "tenang aja ibu, dari segi duniawi saya berusaha yang terbaik, tinggal kekuatan doa dipanjatkan" Adik saya yang calon seorang dokter juga tampak mengerti dengan kondisinya, namun, berbeda dengan suaminya, tampak terpukul dan sedih.. Berdoa dan berharap ada keajaiban yang terjadi, sambil mempersiapkan kelahiran anak dengan kondisi cacat.

kontrol kehamilan berikutnya, mulai tampak sedikit harapan, terlihat di USG-4D nya, wajah janin dengan bibir yang baik dan utuh, tanda-tanda kearah cacat lainnya pun tidak terlihat.. tapi yang namanya alat dan keahlian seseorang bisa saja salah.

Doa terus dipanjatkan, kontrol berikutnya sudah mulai memasuki saat kontrol mingguan.. janin bertambah beratnya, 2500 gram sudah dilewati sebagai batas minimal terendah janin sehat. wajah tidak terlihat jelas, karena posisi janin yang mengahadap bawah saat di USG.

Rabu,22 Oktober 2008 jam 06.23 lahir bayi perempuan dengan berat badan 3400 gram, panjang badan 48 cm. dokter anak terlihat sibuk memotong tali pusat si bayi, sambil membungkusnya dengan steril, saya yang saat itu sambil memegang handycam bertanya pada Dr.Rossie,SpA "Bagaimana dok, sehat?" "iya nih mas, sehat kok, lengkap, kondisinya baik" "Alhamdulillah...."ujar suami adikku, sontak dia segera bersujud syukur.

"Kamila" artinya sehat... itulah nama yang diberikan ibunya untuk si buah hatinya, harapan itu kini telah terwujud, memiliki anak yang sehat. tinggal sekarang saya sebagai dokter, sebagai seorang kakak, sebagai seorang "pak de" menjaga kamila dari kemungkinan adanya kelainan kromosom yang sampai saat ini masih terus kita pantau...

Rabu, 22 Oktober 2008

Pola Pikir Kita Sama?

1998, awal saya kuliah di Fakultas kedokteran universitas Yarsi, di bilangan Jakarta Pusat.. saat itu, saya berpikir, apakah ini yang saya mau? menjadi dokter. Pertanyaan itu muncul karena saya punya pengalaman yang menurut saya agak gak nyenengin.. Manusia yang bergelar "dokter" itu menurut saya, rada aneh juga, mereka terlalu bangga dengan jubah putihnya, arogan dengan keilmuannya, terlebih lagi, mereka itu cuma "pelayan" masyarakat tapi kalo menjawab pertanyaan atau memberikan keterangan pelit banget, jangankan saya mengerti apa penyakit bapak saya saat itu, waktu konsultasi pun seakan dibatasi dengan antrian pasien diluar.. ini sih bukan pelayan tapi, juragan! Kalo dokter nanya "apa sakitnya?" shit! mana saya tau, kan dokternya dia. Kalo kita tanya apa sakitnya bapak saya dok? jawabannya kadang "yah, sakit jantung, dah tebus aja resepnya,kalo obat habis kontrol ya".... Padahal saat itu, saya berpikir, "nih dokter gue bayar 100ribu buat bikin gue ngerti apa yang bokap gue derita, apa perlu gue bayar tiga kali lipat biar gue dilayani lebih lamaan dikit?"

Tapi ada juga dokter yang perhatian sama kita, awalnya perhatian, tapi setelah pasiennya membludak, kembali lagi tuh mental cari duitnya lebih menonjol dibanding memberikan pelayanan yang baik.. Tapi salah orang juga sih, nyari dokter kayak nyari restoran. Kalo liat ada dokter yang rame pasti enak, padahal?? semakin rame semakin gak perhatian, semakin sedikit kita bisa komunikasi dengan dokternya, SIBUK!!

Akhirnya, saya mantapkan niatan untuk menjadi dokter, dengan niat gak mau jadi dokter yang kayak gitu-gitu aja..  Biar saya bisa bantu menjaga kualitas hidup bapak saya yang punya sakit jantung, ibu saya yang punya sakit hipertensi (darah tinggi) dan saya sendiri punya potensi kedua penyakit tersebut.

Intinya sih, saat ini saya sudah bergelar dokter, sesekali saya pakai jas putih, saya telah coba obati beberapa pasien, saya coba terapkan irama praktek yang berbeda, bersama rekan-rekan yang punya pola pikir yang sama, kami dirikan perusahaan yang bergerak dibidang kesehatan, InsyaAllah Rumah Sakit juga akan segera berdiri, dengan konsep Mengelola kesehatan, bukan hanya mengobati penyakit..

banyak rekan sejawat bilang ide ini Gila, gak masuk akal, gak profit, tapi saya yakin, pola pikir seperti ini membawa banyak manfaat buat sesama.. pertanyaan yang timbul, saya dapat apa? iya kan.. saya dapat duit juga kok, cuma gak banyak seperti kebanyakan dokter lainnya.. selain itu, saya dan rekan dapat kesempatan menularkan ide ini kesemua orang.

Bayangkan, suatu komunitas, masalah kesehatannya dikelola satu pengelola. contoh saja, ibu hamil, kondisi ibu saat hamil, mempengaruhi kondisi janin saat itu dan masa depan janin tersebut. misal, ibu hamil tersebut kekurangan zat besi, Folat dsb, bisa berakibat cacat otak janin, cacat otak bisa berakibat bila besar nanti anak menjadi bodoh. belum lagi janin tersebut ternyata dalam sel tubuh nya sudah menyimpan benih anak, yaitu cucu si ibu hamil. Nah kalo ada apa-apa dengan ibu hamil tersebut siapa yang salah? yang salah ya dokternya lah! Tapi sadar gak ya para dokter?. Kembali ke pengelolaan, nah data ibu hamil tersebut bisa terus dipakai untuk anaknya kelak, ketika anak dewasa data kesehatannya tetap terjaga, bila anak mengalami sakit, bisa kita telusuri kemungkinannya.

sekarang, pertanyaan dari saya.. Siapa diantara anda, yang saat ini memiliki data kesehatan sejak dari kandungan ibunya?? Ingatkah anda pada usia berapa anda sakit cacar? lengkapkah imunisasi anda? sudah berapa kali dalam hidup anda sakit flu??

Jangan panik, anda tidak sendirian, berjuta orang di luar sana yang mengalami hal sama.. akibat pola pikir yang sama, dan perilaku dokter dan tenaga kesehatan lainnya yang sama pula.. apa anak anda akan anda tanamkan pola pikir yang sama pula?