Selasa, 23 Desember 2008

Keadilan dan Kesejahteraan dunia Kesehatan Indonesia

Tiga tugas yang belum selesai yang dikerjakan oleh Rasulullah Muhammad SAW dan menjadi PR bagi kita-kita selaku umat penerusnya, yaitu : Masalah Kebodohan, Masalah Kemiskinan, dan Masalah Kesehatan.

Dunia modern saat ini mengklasifikasikan ketiga hal tersebut sebagai faktor yang menentukan derajat kesejahteraan suatu keluarga, masyarakat, bahkan negara, yaitu faktor Pendidikan, Faktor Ekonomi dan Faktor Kesehatan. Menurut saya, faktor kesehatan memegang peranan terbesar, karena bagaimana mungkin otak dapat bekerja maksimal dalam menangkap suatu pelajaran bila badan kita sakit, bagaimana mungkin kita bekerja mencari nafkah dengan baik bila badan kita sakit.

Konsep ISLAM sebagai Rahmatan Lil'alamin, merupakan suatu konsep yang Allah SWT ajarkan dan tawarkan kepada kita. artinya siapapun, dimanapun dalam dunia apapun bila menerapkan konsep rahmatan lil'alamin tentunya akan menemui suatu keadilan dan kesejahteraan. Rahmatan lil'alamin bermakna "win-win solution" dalam suatu organisasi, baik bisnis, maupun kemasyarakatan. Didalam nya terkandung nilai "bermanfaat untuk orang lain" , bagaimana seorang atasan dapat bermanfaat untuk karyawannya, bagaimana seorang sahabat dapat bermanfaat untuk sahabatnya, bagaimana seorang karyawan dapat bermanfaat untuk perusahaannya. Konsep manajemen Balance Score Card pun terkandung didalamnya nilai-nilai rahmatan lil'alamin, dalam konsep tersebut memperhatikan empat faktor yang menjadi tolak ukur, yaitu Faktor pelanggan, faktor karyawan, faktor finansial dan faktor sistem kerja. keempat faktor tersebut menjadi saling terkait dalam hal bagaimana "dapat bermanfaat". maksudnya, bagaimana sistem yang ada dapat memberikan manfaat yang terbaik buat pelanggan, buat kesejahteraan karyawan tentunya efisien dalam anggaran.

Dalam dunia kesehatan, Rahmatan lil'alamin bermakna bagaimana Kita dapat menciptakan sistem pengelolaan kesehatan yang dapat bermanfaat untuk rakyat dan pelaku kesehatan itu sendiri. Dokter seharusnya bekerja tidak perlu lagi memikirkan "Financial Recovery" setelah mengeluarkan uang yang banyak untuk menempuh pendidikannya. Masyarakat seharusnya tidak perlu mengeluarkan uang yang banyak untuk menebus resep obat untuk mengobati sakitnya, belum lagi biaya perawatan yang mahal. Negara seharusnya tidak perlu lagi mensubsidi dengan beban yang berlebihan hanya untuk menutupi ongkos operasional pabrik farmasi dalam memproduksi obat-obatan yang margin harganya bisa naik sampai 200-300%. Pengadaan  peralatan rumah sakitpun telah menjadi komoditi bisnis tersendiri yang tentunya berakibat dibebankannya kepada user, yaitu masyarakat yang datang berkunjung ke sarana kesehatan. Bayangkan saja, biaya inap dirumah sakit kelas 3 diJakarta saja dapat mencapai 150rb perhari, belum lagi kita harus bayar biaya sewa alat seperti alat operasi yang dibeli dengan cara mencicil kepada pelaku bisnis. belum lagi pihak rumah sakit ambil bagian ikut-ikutan menaikkan harga, yang semua itu dibebankan kepada masyarakat.

Hal tersebut di atas sedikit contoh saja dari kenyataan yang ada. Menurut saya, sebaiknya yang idealnya terjadi adalah:

Negara memiliki sendiri pabrik farmasi yang dikelola dengan konsep Rahmatan lil'alamin, paling hanya menghabiskan biaya sekitar 15 Milyar, dari situ dihasilkan obat-obatan dengan kualitas baik dan harga yang murah, distribusikan disetiap puskesmas, miliki klinik-klinik jaringan se-Indonesia, distribusikan obat disitu, Maksimalkan fungsi klinik tersebut, klinik tersebut harus dapat menangani kegawatdaruratan dan siap menjadi posko siaga bencana, miliki Rumah sakit-rumah sakit sebagai pusat rujukan klinik-klinik tersebut, artinya pusat rujukan yaitu, hanya menerima pasien yang benar-benar membutuhkan perawatan rumah sakit sehingga tercipta pemerataan pelayanan, (tidak seperti RSCM saat ini yang ikut menerima pasien tanpa rujukan, sehingga pasien yang mendapatkan rujukan dari puskesmas tidak lagi tertampung di RSCM). Bila itu terjadi, teori "Big-Bang" berlaku pula disini. Bumi diciptakan oleh Allah SWT dalam beberapa fase dengan teori big-bang, manusia pun tercipta karena sperma bertemu sel telur yang kemudian berkembang menjadi janin, sel-sel tubuh mengalami "big-bang" ledakan-ledakan yang tersusun rapi menurut sistem-NYA, begitu pun dengan Kekuatan Rahmatan Lil'alamin, satu rumahsakit, satu klinik, satu pabrik farmasi akan "meledak-ledak" menjadi rumahsakit, klinik, pabrik farmasi lainnya, yang diatur dalam satu sistem.

Hal lain yang perlu diterapkan adalah, berubahnya paradigma tentang kesehatan, seharusnya orang tidak berkunjung ke sarana kesehatan karena dia sakit, tapi karena orang tersebut mau menjaga kesehatannya.. Kita perlu aplikasikan sistem pelayanan kesehatan yang bersifat preventif dan promotif.  Konsep perencanaan kesehatan (Health Plan) membuat orang akan tetap sehat, akan menjaga saat sehat nya sebelum datang saat sakitnya. Bila konsep health plan diterapkan akan berdampak terhadap rendahnya biaya kesehatan yang terpakai bila kita sakit. Biaya yang dipakai hanya dipergunakan untuk "membayar" waktu orang untuk tetap sehat dan mendapatkan informasi tentang kesehatan. Maka yang sebaiknya di kembangkan adalah Health Care (baca : Rumah Sakit) yang isinya menawarkan berbagai macam program untuk membuat orang tetap sehat, disamping tetap melayani orang yang membutuhkan pelayanan saat orang tersebut sakit.......

ada syarat mutlak yang diperlukan untuk menjalankan konsep ini!

Sumber Daya Manusia!!!

Manusianya haruslah manusia yang memiliki kesamaan visi tentang hal ini.

Tidak ada tempat bagi manusia yang masih ada keinginan untuk korupsi, memperkaya diri sendiri, mental asal jadi, mental asal bekerja, mental melihat sesuatu diukur dengan satuan rupiah...

inilah sebab-sebab kegagalan dalam suatu sistem, sebaik apapun kita ciptakan sistemnya, akan rusak dengan adanya sumber daya manusia yang tidak mempunyai visi rahmatan lil'alamin. manusia yang tidak mempunyai integritas yang baik untuk mencapai cita-citanya.

Pekerjaan ini, bukanlah pekerjaan mudah, sampai akhir jamanpun mungkin tidak akan pernah selesai. Indonesia menentukan sendiri takdirnya, saya sebagai rakyat Indonesia menentukan takdir Indonesia sebagai bangsa yang besar, bangsa yang mandiri, bangsa yang membawa manfaat untuk bangsa lainnya di bumi ini. Dibutuhkan banyak orang yang memiliki kesamaan visi ini untuk berkumpul dalam satu barisan yang rapih dan kokoh untuk mewujudkan Rahmatan Lil'alamin, diperlukan banyak Shaff yang tersusun rapih bergerak menuju satu tujuan.. Tapi, dimana wadahnya?? apa bentuknya?? Negara Inikah? partai itukah? kelompok andakah? InsyaAllah, sesuai janjiNYA, Allah akan mengumpulkan orang-orang sejenis yang mau berbuat baik....... 

3 komentar:

indah mengatakan...

Wah, indah salut sama Pak Dr..satu ini, semoga ada lagi Dr, yang berpendapat dan berpola pikir seperti Dr.. mungkin Indonesia akan lebih baik.. memang banyak kasus yang terjadi di Jakarta, salah satunya adalah, indah lagi berada di salah satu RS ibu dan Anak, disana ada salah satu ibu2 yang seperti kebingungan dan menahan sakit, ternyata dia mencari tempat untuk bisa mengeluarkan ASI yang sudah saatnya di keluarkan, apa yang diberikan jawaban dari pihak RS disana "Karena ibu bukan anggota RS disini ibu harus bayar biaya administrasi,sebagai tempat untuk menumpang mengeluarkan ASI", waduh...bener2 sedih dan sebel.. masalahnya adalah, ibu itu sendiri sepertinya bukan orang kaya (yang sedang pergi membeli satu kaleng susu formula dan satu kotak susu bayi, yang sepertinya cukup menguras pengeluarannya) yang ternyata terpaksa untuk mengeluarkan uang lagi sebesar Rp50.000 sebagai biaya menumpang...
bener2 perihatin, malah ada beberapa RS yang cukup baik, yang sudah emajang tulisan "tidak menerima kartu askes :tidak mampu". Jadi mau kemana saudara2 kita yang tidak mampu untuk bisa berobat, dan sembuh dari penyakit, kalau keadaannya RS hanya menerima orang yang punya uang saja..

dr.Eko mengatakan...

hehehe.. mbak indah dah liat sendiri kan.. itulah mental2 tipikal orang Indonesia. saya sendiri dah banyak ngeliat contoh. mulai dari Klinik kecil yang isi nya dokter-dokter yang gak bakal senyum liat pasiennya bawa kartu askeskin (jamkesmas) sampai ke RSCM (Rumah Sakit Cepat Mati, katanya,hehehe) yang dah dilengkapi peralatan super canggih juga gak mampu melayani dengan minimal pake senyum aja deh.. birokrasinya seolah dengan sengaja dibuat membingungkan..

belon lagi ditempat lainnya, misal di kantor mbak sendiri, perhatiin deh, pasti ada (banyak banget) tipe orang yang mirip2 di atas tadi, hati mereka se-ruwet pikirannya! jangan-jangan gak ada tempat buat yang namanya "ikhlas", dah penuh sesak dengan yang namanya "duit"...

sebel gak sih?? berhadapan dengan orang kayak gitu???? suck!

Anonim mengatakan...

konsep yang menarik..
ada niat untuk jadi menkes ndak pak?
posisinya mesti menkes nih biar konsep ini bisa terpakai.